Setelah sejak lebaran kemarin blom nge-blog, akhirnya jari2 ini gatal juga untuk nulis lagi. Pemicunya adalah berita di detik.com tentang ajakan mba’ Mega pada petani untuk belajar internet.
Lhaa?! Untuk apa gerangan..? Agar petani dapat melihat dunia, dan bisa tahu harga pasar.
Waahh… kalo memang persis seperti itu saran mba’ Mega, yang saya rasakan dan pikirkan pertama kali adalah rasa kasihan pada para petani kita. Kok ya untuk bisa tahu harga beras, tomat, kol, terong, dan kawan2nya di pasar saja harus buka2 internet dulu. Lha wong untuk mikir beli pupuk saja sudah berat kok ya mesti di pusingkan lagi dengan hal2 yang berbau haitek.
Apa mba’ Mega gak ngeh kalo koneksi internet di Indonesia ini mahal?! Apa iya beliau gak tahu kalo infrastruktur untuk bisa internet-an di desa2 belum sepenuhnya tersedia? Lha wong di kota saja masih keteteran kok..
Saya bukan antipati pada sarannya.. bukan juga saya tidak ingin agar petani kita maju. Tapi dengan memberi saran seperti itu, saya merasa bahwa mba’ Mega belum paham apa yang sebenarnya di butuhkan petani. Mereka belum butuh INTERNET.
Yang utama mereka perlukan adalah INFORMASI. Dan saya pikir hal ini sudah di jalankan dengan baik oleh Radio Republik Indonesia (RRI). Jika saya tak salah, berita radio jam 8 malam pada bagian akhirnya selalu memberitakan tentang harga2 hasil pertanian yang dijual di pasar2 induk seluruh Indonesia. Petani cukup dengerin dan nyatet. Sederhana… mudah… dan murah.
***
Walaupun penting, tapi saat ini petani kita secara langsung masih belum memerlukan internet. Justru yang harus di berdayakan dengan internet itu adalah Dinas Pertanian di tiap2 daerah, karena salah satu fungsi yang mereka punya adalah melakukan bimbingan pemasaran hasil pertanian. Jadi Dinas Pertanian-lah yang harus selalu memantau harga di pasaran dunia dan memberikan informasi tersebut kepada petani di daerahnya masing2. Bukan petani yang di suruh langsung untuk memantau harga.
Hmm.. sudah ah.. kok saya jadi seperti sok jago gini.. pada intinya saya hanya heran saja dengan saran dari mantan dan calon Presiden RI ini kok..
December 4, 2007 at 8:23 am
Mungkin bu mega tak tahu kalo biaya koneksi internet itu mahal
Mungkin juga beliau tak tahu kalau infrastruktur internet masih belum seluruhnya menjangkau pedesaan
Mungkin Bu Mega lupa kalau RRI masih ada,
Mungkin bu mega pikir untuk pake internet cukup mesin tik kecamatan ditambah layar televisi
Sayang, ….ini memperlihatkan tokoh2 kita banyak yang tidak tahu permasalahan di lapangan…
December 4, 2007 at 11:21 am
#tanpeng_liang:
“Sayang, ….ini memperlihatkan tokoh2 kita banyak yang tidak tahu permasalahan di lapangan…”
Yaa.. itulah masalahnya, Tanya Kenapa?
March 4, 2008 at 2:09 pm
… di hapus* …
kalau Anda tidak bisa pergi ke India, Anda bisa membuka web ini: http://www.echoupal.com/
India, yang keadaanya lebih parah dari Indonesia (bahkan tidak ada jaringan listrik), mampu membuat petaninya mengakses internet murah untuk memantau harga.
Kok bisa? Ada kerjasama korporasi makanan India, ITC, yang membiayai penyediaan komputer, jaringan internet dan pelatihan. Kok mau? ITC mau memotong jalur distribusi makanan dari makelar yang sungguh boros. Kini petani dapat mengantar hasil pertaniannya ke agen ITC dengan harga yang terpantau.
… di hapus* … Belum apa-apa langsung pesimis! … di hapus* …
*) di hapus karena mengandung kata2 yang saya kurang berkenan.. (irhan)
March 4, 2008 at 9:08 pm
@verdinand:
terimakasih telah berkunjung dan juga atas informasinya..
mas verdinant benar.. ahhh andai saja di negeri kita tercinta ini juga ada lembaga (baik swasta atau milik pemerintah) yang bisa berperan seperti itu ya.. yang bisa menjadi jembatan antara petani dengan pembeli di dunia, yang mau membantu petani untuk terus memantau dan memberi informasi tentang harga2 hasil pertanian di pasaran dunia, sehingga petani kita tidak di bohongi..
tapi, jika mas verdinant teliti membaca tulisan saya.. sebenarnya saya justru berharap tugas itu bisa di emban oleh Dinas Pertanian setempat lho.. 😉